Program Pembimbing Praktik Mahasiswa Kesehatan (Preceptorship)

📚 Program Pembimbing Praktik Mahasiswa Kesehatan (Preceptorship) adalah kegiatan yang dirancang untuk membantu mahasiswa kesehatan mengasah keterampilan klinis mereka melalui bimbingan langsung dari praktisi profesional berpengalaman. Selama tiga hari, peserta akan memperoleh wawasan praktis, membangun kepercayaan diri, serta mengintegrasikan teori dengan praktik di dunia kesehatan. Program ini sangat cocok bagi Anda yang ingin mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja dengan lebih percaya diri dan kompeten.

📅 Tanggal: Kamis – Sabtu, 16-18 Januari 2025
📍 Daring (Zoom Meeting)
💰 Investasi: Rp 1.500.000,-
📞 Kontak Person: 0852-1504-5594
🛡️ 2 SKP Kemenkes RI

Materi yang akan dibahas:

  • Building Learning Commitment (BLC)
  • Anti korupsi dalam budaya humanis
  • Berpikir kritis dalam proses bimbingan
  • Caring dalam proses bimbingan
  • Etika dan aspek legal pembimbing klinik di fasilitas pelayanan kesehatan
  • Konsep dasar bimbingan klinik di fasilitas pelayanan kesehatan
  • Metode pembelajaran klinik
  • Metode evaluasi

Narasumber:

  • Dr. Jesika Pasaribu, M.Kep., Sp.Kep.J
  • Ns. Justina Purwarini A, M.Kep., Sp.Mat., DNSc
  • Ns. Rohani, S.Kep., M.Kep.
  • Renata Komalasari, S.Kp., MANP, Ph.D.
  • Andry Zulman Manongko, SH., M.M., C.L.A.

Moderator:

  • Rangga Pusmaika, SST., M.Kes., M.KM

Kriteria Peserta:

  • Pendidikan minimal D3 di bidang kesehatan
  • Memiliki akun pada platform Sehat/LMS
  • Mampu mengikuti pembelajaran 100%
Read More

Stop Kekerasan Terhadap Perempuan

Stop Kekerasan Terhadap Perempuan: Langkah Menuju Kesetaraan dan Keamanan

Kekerasan terhadap perempuan adalah isu global yang terus menjadi perhatian serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bentuk kekerasan ini mencakup kekerasan fisik, verbal, seksual, emosional, hingga ekonomi, yang semuanya meninggalkan dampak mendalam pada korban, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan, diperlukan langkah-langkah kolaboratif yang melibatkan individu, komunitas, institusi, dan pemerintah.

Statistik dan Realitas

Data dari Komnas Perempuan menunjukkan bahwa laporan kekerasan terhadap perempuan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun terakhir, tercatat ribuan kasus kekerasan, baik di ranah domestik maupun publik. Namun, angka tersebut diyakini hanya puncak gunung es karena banyak korban yang enggan melapor akibat stigma sosial atau ketidakpercayaan terhadap sistem hukum.

Akar Masalah Kekerasan Terhadap Perempuan

Kekerasan terhadap perempuan sering kali berakar pada norma-norma patriarkal, ketimpangan gender, dan budaya yang permisif terhadap perilaku diskriminatif. Faktor lain seperti kurangnya edukasi, kemiskinan, dan ketidaktahuan tentang hak-hak perempuan juga berkontribusi pada maraknya kasus kekerasan.

Dampak Kekerasan

Dampak dari kekerasan terhadap perempuan sangat luas, mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi. Korban sering mengalami trauma berkepanjangan, kehilangan rasa percaya diri, hingga menghadapi kesulitan untuk kembali menjalani kehidupan normal. Selain itu, kekerasan terhadap perempuan juga berdampak negatif pada anak-anak dan keluarga yang terlibat secara tidak langsung.

Langkah Menghentikan Kekerasan

Untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan, diperlukan aksi konkret di berbagai level:

  1. Edukasi dan Kesadaran Edukasi tentang kesetaraan gender dan hak-hak perempuan harus dimulai sejak dini. Kampanye kesadaran perlu terus digencarkan melalui media massa, media sosial, dan program komunitas.
  2. Perlindungan Hukum Memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan dan memastikan bahwa korban mendapatkan keadilan. Reformasi hukum yang lebih berpihak pada korban, seperti UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), perlu diimplementasikan secara efektif.
  3. Dukungan untuk Korban Menyediakan layanan konseling, rumah aman, dan bantuan hukum bagi korban. Lembaga-lembaga sosial juga harus diberdayakan untuk memberikan perlindungan dan pendampingan.
  4. Pelibatan Laki-Laki dalam Perubahan Mengubah pola pikir patriarkal memerlukan pelibatan laki-laki sebagai agen perubahan. Kampanye seperti “HeForShe” dapat menjadi inspirasi untuk mendorong laki-laki turut berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan.
  5. Penguatan Komunitas Komunitas memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani kekerasan terhadap perempuan. Pelatihan dan pemberdayaan komunitas untuk mengenali dan merespons kasus kekerasan dapat menjadi langkah preventif yang efektif.

Mengakhiri Kekerasan: Tanggung Jawab Bersama

Kekerasan terhadap perempuan bukan hanya masalah perempuan; ini adalah masalah kemanusiaan. Setiap individu memiliki peran dalam menciptakan dunia yang aman dan setara. Dengan bekerja bersama, kita dapat menghapus kekerasan terhadap perempuan dan membangun masyarakat yang lebih adil.

Hentikan kekerasan terhadap perempuan sekarang. Mulailah dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan!

Read More

Peran Perawat dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Peran Perawat dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Perawat adalah tulang punggung sistem kesehatan di seluruh dunia. Peran mereka tidak hanya terbatas pada rumah sakit, tetapi juga meluas ke komunitas untuk mendukung kesehatan masyarakat secara holistik. Dalam konteks kesehatan masyarakat, perawat berperan sebagai pendidik, fasilitator, dan pelaksana layanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tugas Utama Perawat dalam Kesehatan Masyarakat

  1. Edukasi Kesehatan Perawat memberikan edukasi kepada individu dan komunitas tentang pentingnya gaya hidup sehat, pencegahan penyakit, dan pengelolaan kondisi kronis. Edukasi ini dapat dilakukan melalui seminar, kunjungan rumah, atau program kesehatan di sekolah dan tempat kerja.
  2. Promosi Kesehatan Perawat bekerja untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan melalui kampanye, penyuluhan, dan kolaborasi dengan organisasi lokal. Mereka mendorong masyarakat untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin dan mengikuti program imunisasi.
  3. Pencegahan Penyakit Peran penting lain dari perawat adalah mengidentifikasi faktor risiko di komunitas dan mengembangkan strategi untuk mencegah penyebaran penyakit menular, seperti COVID-19, malaria, atau tuberkulosis.
  4. Pendukung Kesehatan Mental Selain kesehatan fisik, perawat juga mendukung kesehatan mental masyarakat dengan memberikan konseling, deteksi dini gangguan mental, dan rujukan ke layanan kesehatan spesialis jika diperlukan.
  5. Pemberdayaan Masyarakat Perawat membantu komunitas memahami hak-hak kesehatan mereka dan cara mengakses layanan kesehatan. Mereka juga mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam menjaga kesehatan lingkungan sekitar.

Keahlian yang Diperlukan

Untuk menjalankan peran ini, perawat harus memiliki keahlian dalam:

  • Komunikasi Efektif: Agar dapat menyampaikan informasi kesehatan dengan jelas dan menarik.
  • Keterampilan Manajemen: Untuk merancang dan melaksanakan program kesehatan komunitas.
  • Kemampuan Analisis: Dalam menilai kebutuhan kesehatan masyarakat dan mengevaluasi dampak intervensi yang dilakukan.
  • Empati dan Kepedulian: Untuk membangun hubungan yang baik dengan individu dan komunitas.

Tantangan dalam Peran Perawat di Kesehatan Masyarakat

Perawat sering menghadapi berbagai tantangan, seperti:

  • Keterbatasan Sumber Daya: Kurangnya fasilitas atau dana untuk mendukung program kesehatan masyarakat.
  • Beban Kerja yang Tinggi: Jumlah perawat yang tidak sebanding dengan kebutuhan komunitas.
  • Budaya dan Stigma: Hambatan budaya atau stigma yang menghalangi masyarakat untuk menerima layanan kesehatan.

Kontribusi terhadap Kesehatan Global

Dalam skala global, perawat berperan dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam aspek kesehatan dan kesejahteraan. Mereka adalah garda terdepan dalam merespons krisis kesehatan, seperti pandemi, bencana alam, dan konflik.

Read More

Selamat Hari Sumpah Pemuda

Selamat Hari Sumpah Pemuda Ke-93

Sejarah Sumpah Pemuda berawal dari pendirian organisasi yang bersifat kedaerahan untuk melawan penjajahan lokal. Beberapa organisasi kedaerahan yang didirikan pada waktu itu adalah Tri Koro Darmo yang berganti nama menjadi Jong Java, didirikan tahun 1915. Selain itu, didirikan pula Jong Soematranen Bond pada tahun 1917 dan Jong Islamieten Bond tahun 1924.

Para pemuda tersebut kemudian menyelenggarakan dua kali kongres. Kongres pertama berlangsung pada tahun 1926 melahirkan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia dan kongres kedua tahun 1928 melahirkan sumpah setia yang disebut ikrar Sumpah Pemuda.

Pada tahun 2021 Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia telah merilis tema dan logo Hari Sumpah Pemuda ke-93 yang jatuh pada Kamis, 28 Oktober 2021. Pada peringatan kali ini, Hari Sumpah Pemuda mengangkat tema “Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh”. Eksistensi dan kemajuan Indonesia tergantung pada semangat persatuan yang telah diperjuangkan sejak 28 Oktober 1928 dan pemuda saat ini harus menyadari berbagai tantangan global. Adapun makna dari kata Besatu, Bangkit dan Tumbuh yaitu :

– Bersatu: Spirit persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia.

– Bangkit: Pemuda sebagai spirit partisipasi kaum muda untuk bangkit melawan pandemi COVID-19.

– Tumbuh: Upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan semangat kewirausahaan pemuda.

Read More